Wednesday, October 17, 2007

17 Oktober

1. Konferensi DOALOS/UNITAR
2. Prof Djalal Luar biasa
3. Prof. Nordquist
4. Fotu, buku

Tuesday, October 16, 2007

16 Oktober

1. Laudry
2. Libur/bolos
3. Nyetrika - isi air
4. Beli kaos kaki di Macy's
5. harga baju mahal
6. Ke supermarket sama Josh
7. Diskusi penting dg Josh dan Bapak.. komputer.. kebebasan rumah tangga

15 Oktober

Ritche potong rambut
Makan siang bareng berempat
Nyuci malam2
ngeblog harian
Sampan sudah sebulan
Melanjutkan editing bab 3

14 Oktober

Ke Washington DC
Ketemu Pak Dubes
Ketemu Pak BWS
Ketemu MAde MAstra
Ketemu Made Jengkuak, Andung dll
Washington berkesan
Bateri habis di Gedung Putih.
Kembali pulang tiba di rmh jam 11 malam belum nyuci

13 Oktober

Open House di Kediaman Konjen, Kediaman Dubes PTRI, Bu Wike, Sesepun mesjid
2. Ketemu Tony JP
3. Ketemu Nial pianist
4. Ketemua tia Antara
5. Ketemu Shanti UII
6. Ketemu Buzz Arsitek
7. Ketemy Arief dan istrinya Thai
8. Ketemu Corry
9. Ketemu Bu Uci
10 Ketemu Pak Dody
11 Keteu Bu Anom dan suami
12 Kenalan sama Bu Konjen
13 Kenalan sama bu wike, dikenalkan sama orang UGM
14 liat pemandangan sama fajar

12 Oktober

Libur Lebaran
Ground Zero
Brooklyn Bridge

11 Oktober

Uira datang
ID
2000 USD

Monday, October 15, 2007

10 Oktober

Pagi hujan
NY banjir di jalan

9 Oktober

Ketemu Pak marty
kasih buku
ketemu pak adam
ketemu mas bowo, mas bonanza, pak harto canberra

8 Oktober

Masuk seperti biasa..
Menyiapkan pertemuan dengan Pak Marty

6-7 Oktober

Di rumah saja
Nyuci baju dan nyetrika

5 oktober

Getting to know Ritche..
Foto di depan logo DOALOS
Makan siput air.. inget di desa

4 Oktober

1. Anter Ritche buka rekening.
2. Met Pak marty di Chase bank
3. Appointment

3 Oktober

kosong

2 Oktober

1. Ritche datang
2. Nganter dia bikin ID
3. Merokok... Ritche
4. Sempat tidak boleh masuk

1 Oktober

1. Jalan ke sekretariat building dg sampan
2. Posting dari gedung PBB
3. Foto di lukisan sekjen PBB
4. foto2 di lingkungan PBB
5. ke Konjen, ketemu pak nyoma
6. ikut resolusi LOS, yes canada

Sunday, September 30, 2007

30 September

1. Makan di restoran China.. calamary
2. Beli bumbu di Kam Lun
3. Bikin bumbu sere

Saturday, September 29, 2007

29 September

1. Jalan ke Museum Narural History sama Sampan
2. Jalan ke Central Park
3. Danau sedang direnovasi
4. Ada pengamen prof

Friday, September 28, 2007

28 September

1. Makan siang bareng di Restoran Itally
2. Ketemu Luigi
3. Ketemu orang-orang lain di DOALOS
4. Foto2

Thursday, September 27, 2007

NYPD dan Snippers

Salah satu hal menarik berada di NY bulan September adalah bisa menikmati suasana Sidang Umum PBB. Bukan negosiasinya yang kadang alot yang menarik tetapi suasana kota yang sangat waspada. Kalau berjalan dari Grand Central menuju UN Plaza di 44 street maka suasana waspada akan sangat terasa. New York Police Department (NYPD) menguasai jalan dengan berbagai atributnya. Setiap orang polisi bersenjata super lengkap tergantung di pinggangnya. Pasukan anjing pelacak berkeliaran dan mobil besar dan kecil bertulisan NYPD nagkring di sepanjang tepi jalan di sekitar gedung PBB. Suasana seperti ini sebelumnya hanya aku nikmati di film-film Hollywood. Jadi Ingat Keanu Reeves di Speed dan Will Smith di Men in Black :)

Jika ada kendaraan lewat, baik itu delegasi maupun kendaran lain yang terkait sidang, polisi melakukan pemeriksaan sangat ketat dibantu anjing pelacak. Kalau ada orang yang melewati 44 street tanpa ID tergantung di dadanya, satu atau dua polisi akan mendekati dan menyapa dengan dingin "May I see your ID, Sir [atau Maam]?", begitu sapa mereka. Jika orang tersebut tidak menunjukkan ID maka jangan harap bisa melintas.

Di depan UN Plaza dan Sekretariat PBB, para secret service berkeliaran. Menggunakan jas biru tua dengan alat komunikasi di telinganya sangat khas. Tinggi besar tegap, begitu ciri mereka. Kawan saya berkelakar, They are no longer secret service, as we can see the wrinkle thing at their necks" :) Memang bukan rahasia lagi kalau ratusan secret service dikerahkan untuk pengamanan sidang umum PBB, apalagi ketika Bush datang menyampaikan pidatonya.

Kalau melirik ke atas di gedung-gedung tinggi, belasan snippers bertengger di tempat-tempat strategis dan siap beraksi. Suasana memang cukup mencekam, persis seperti dikisahkan di film-film Hollywood. Tidak mau kehilangan momen seperti ini, aku menyempatkan diri berfoto bersama polisi NYPD termasuk merekam beberapa peristiwa penting dan unik yang dilihat.

Silahkan baca juga cerita lain mengenai suasana di New York saat ini.

Tuesday, September 25, 2007

Kantor PBB - Hari Pertama

Keberadaanku di NY adalah untuk mengikuti program fellowship yang diselenggarakan oleh United Nations atas dukungan Nippon Fa=oundation Jepang. Program ini berlangsung selama sembilan bulan yang dilaksanakan di dua tempat yaitu di Wollongong, Australia (6 bulan) dan di Kantor PBB New York (3 bulan). Kedatangan hari ini ke kantor PBB adalah untuk pertama kalinya untuk bertemu dengan program adviser, Francois Bailet seorang lelaki berkebangsaan Kanada.

Kantorku berada di Two United Nations Plaza di 44th Street, Manhattan antara 1st Avenue dan 2nd Avenue, berseberangan dengan Markas Besar PBB di 1st Avenue. Alamatnya di Google Maps bisa diliat di sini.

Hari ini New York memang sangat sibuk, pasalnya Sidang Umum PBB sedang berlangsung. Kepala negara dari seluruh dunia beserta rombongannya tumpah ruah di New York. SBY hari itu juga ada di NY dan siang itu bahkan sedang menyampaikan pidatonya di salah satu sesi sidang PBB. Sementara itu, staff kepresidenan kebanyakan berada di Hotel Millennium yang kebetulan bersebelahan dengan Two UN Plaza. Sempat juga ngobrol dengan beberapa staf rumah tangga kepresidenan sambil menunggu waktu bertemu Francois yang dijanjikan jam 11 pagi. Tanpa sengaja, bertemu juga seorang kolega dari Kedutaan Besar Indonesia untuk Belanda yaitu Pak Amrih Jinangkung yang sedang menemani Pak Dubes di acara sidang PBB.

Jam 11 lebih sedikit Francois yang berkantor di lantai 4 turun menemuiku yang tertahan di kantor sekuriti. Memang pengamanan di gedung PBB sangat ketat, lebih-lebih saat itu sedang berlangsung sidang PBB. Francois yang harus menjemput tamunya karena aku tidak bisa menemuinya tanpa ID United Nations. Pertemuan pertama itu diisi dengan briefing tentang fellowship dan apa yang harus dilakukan selama 3 bulan di kantor PBB. Sampan Panjarat, seorang kawan dari Thailand yang juga mengikuti program ini mambantuku mengurus kartu identitas di Sekretariat PBB.

Monday, September 24, 2007

Liberty Statue dan Ellis Island

Kalau diminta menyebutkan suatu benda atau tempat yang paling bisa mewakili Amerika, apa yang akan Anda sebutkan? Saya tidak tahu jawaban Anda tetapi saya yakin sangat banyak orang yang akan memilih Patung Liberty. Menurut saya dan seperti diakui oleh banyak sekali orang, patung ini menjadi ikon Amerika yang secara instan mengingatkan siapa saja yang melihatnya pertama kali pada negara adidaya ini. Hari ini saya mengunjungi Patung Liberty yang merupakan satu paket tour dengan Ellis Island, pulau kecil yang di jamannya dulu dijadikan tempat pendaratan pertama para imigran.

Patung Liberty atau yang disebut juga Lady Liberty berada di sebuah pulau kecil tersendiri yang kini dikenal sebagai Liberty Island. Untuk menuju ke sana kita harus menggunakan Ferry dengan membayar USD 17.50 termasuk audio tour. Dengan audio tour ini anda akan diberi walkman yang menceritakan sejarah kawasan Liberty secara interaktif.

Perjalanan menuju Liberty dengan Ferry ditempuh dari Bowling Green, stasiun subway yang bisa ditempuh dari Grand Central dengan subway 4 atau 5 ke arah downtown (selatan). Peta subway New York akan dengan jelas menunjukkan arah dan jalur subway yang sesuai.

Yang menarik, Liberty merupakan hadiah dari Prancis untuk Amerika saat perayaan 100 tahun kemerdekaan Amerika. Peresmiannya dilakukan pada tahun 1886 yang akhirnya menjadi hari bersejarah sebuah ikon yang kini mendunia. Sejarah tentang Liberty bisa dibaca di websitenya dan akan menunjukkan kepada kita betapa pendiriannya melibatkan rangkaian peristiwa bersejarah dan inspiratif.

Pengunjung yang beruntung memperoleh tiket masuk (biasanya cepat habis) bisa masuk ke ke dalam 'dudukan' Liberty, naik hingga kakinya. Sejak 9/11, tidak seorangpun diperbolehkan naik hingga mahkotanya seperti sebelumnya. Untuk naik hingga di obornya bahkan sudah dilarang sejak belasan tahun lalu karena alasan keamanan. Pemeriksaan untuk masuk Liberty sangat ketat melebihi pemeriksaan naik pesawat. Orang Amerika memang menjaga Liberty dengan ekstra ketat, terutama karena dia dipercaya adalah target teroris no. 1 di Amerika.

Perjalanan dari Liberty dilanjutkan ke Ellis Island dengan Ferry untuk menikmati musium imigran Amerika. Di jamannya dulu, pulau kecil ini merupakan tempat persianggahan 12 juta imigran dari seluruh dunia yang datang untuk kehidupan yang lebih baik. "Nations of Immigrants", begitu J. F. Kennedy menyebut Amerika.

Di pulau ini pengunjung bisa melihat ratusan gambar dan dokumen tentang proses imigrasi pada masa lalu di Amerika. Banyak cerita menyedihkan yang bisa disaksikan sekaligus banyak sekali cerita yang mengharukan dan memberi inspirasi. Amerika memang seperti gula yang mengundang semut untuk berkerumun dan mereka lakukan, apapun risikonya.

Liberty dan Ellis Island merupakan dua tempat bersejarah di Amerika dan kini menjadi bagian dari National Park. Berkunjung ke kedua tempat ini, terutama Liberty, menandai kunjungan seseorang ke Amerika. Sayang sekali saat berkunjung saya hanya sendirian sehingga tidak bisa mengambil gambar yang bagus dengan latar belakang Liberty.

Sunday, September 23, 2007

Hari Pertama: SIM Card dan Subway

Tanggal 23 September 2007 merupakan pagi pertama di Amerika. Aku tinggal di Queens, salah satu borough di New York City selain Manhattan, Brooklyn, The Bronx, dan Staten Island. Yang dikenal dengan New York City, atau setidaknya begitu kita mengenalnya dari film Hollywood adalah Manhattan. Aku tinggal di daerah (suburb) Middle Village di Queens, sekitar 1 jam naik subway (kereta bawah tanah) dari Manhattan. Jarak dari Manhattan perlu disebut karena kantor PBB, tempat ngantor sehari-hari ada di Manhattan. Untuk mengetahui posisi tempat tinggal dan kantor, silahkan lihat google maps. Perhatikan balon hijau (Middle Village) dan merah (Manhattan).

Hari ini keluar pertama kali ke pusat perbelanjaan terdekat yaitu Queens Center yang tidak jauh dari rumah. Dari rumah bisa naik bus Q38 yang haltenya di depan rumah, tetapi kali ini jalan kaki saja untuk mengenal situasi sekitar lebih dekat. Hal pertama yang dilakukan adalah membeli SIM Card prabayar. Yang terkenal di NY adalah T-Mobile yang bisa dibeli hanya SIM Card saja seharga USD 50 dengan pulsa setara hampir USD 30. Lumayan untuk sms. HP Indonesia juga bisa digunakan, sepanjang tidak di-locked. Di Daerah Queens, counter T-Mobile ada di Queens Boulevard dekat Queens Center yang hanya beberapa langkah saja dari Stasiun Subway "Woodhaven". Dari stasiun inilah perjalanan harian ke Manhattan dimulai.

Terus terang, aku lupa ngecek berapa harga satu kali sms dari Amerika ke Indonesia. Yang jelas tidak terlalu mahal tapi nampaknya sistem di sini mewajibkan penerima sms ataupun telepon juga kena charge. Jadi yang membayar bukan cuma penelepon atau pengirim sms, penerima juga. Anda lebih mengecek sendiri kebenarannya. Begitulah orang-orang mengatakan.

Hal lain adalah membeli converter colokan listrik. Colokan listrik amerika berbentuk pilih dua (atau tiga) sehingga tidak cocok untuk colokan alat elektronik Indonesia. Converter dibeli di Best Buy, yang tidak jauh dari T-Mobile. Bersama dengan itu juga perlu membeli wireless card agar bisa akses internet dengan bebas. Ibu Endang, tuan rumah, berlangganan internet cable (bersamaan dengan langganan TV) dan menggunakan wifi. Tinggal beli wireless card merk NETGAR seharga hampir USD 70, semua beres dan bisa mulai menjelajah.

Setelah membeli alat listrik, tiba saatnya mencoba subway. Subway di New York terkenal sangat komprehensif karena mencakup hampir seluruh wilayah. Dengan subway Anda bisa menjelajahi NYC dengan mudah sekali. Untuk tiket, ada banyak sekali pilihan. Ada harian, ada sekali naik, ada mingguan dan bulanan, dikenal dengan nama Metrocard. Mengingat aku akan ke kantor setiap hari dan akan keluar juga pas liburan, kuputuskan membeli yang bulanan. Harganya USD 76 dan bisa untuk bus maupun subway kapan saja dan ke mana saja di NY. Hal ini sangatlah murah sesungguhnya.

Hari itu juga mencoba menjelajah bermodalkan peta yang bisa didapatkan gratis di stasiun subway. Menginat belum tahu sama sekali, ada juga adegan tanya-tanya ke petugas kereta (MTA, Metropolitan Transportation Authority) atau penumpang yang kebetulan ditemui. Intinya malu pertanya sesat di jalan. Walaupun banyak bertanya juga kadang malu di jalan :) Subway yang bisa dinaiki adalah G, R, atau V, tergantung arah keberangkatannya. Naluri seorang pembuat peta lumayan membantu. Manhattan berhasil dikunjungi tanpa kesulitan berarti.

Kini saatnya mengecek posisi gedung Two UN Plaza, di mana pertemuan denan Francois Bailet (Fellowship Program Adviser) akan berlangsung tanggal 25. Ternyata tidak sulit dicari karena jalan di Manhattan berbentuk grid. Jalan yang melintas sepanjang pulau (memanjang) dsebut avenue, sedangkan yang memotong arah pulau disebut street. Sangat mudah mencarinya karena penamaannya pun incremental menggunakan angka: 1st Ave, 2nd Ave, 3rd Ave dan seterusnya, begitu pula untu Street: 40 st, 43 st. dan seterusnya. Model penamaan seperti ini sangat menguntungkan pendatang baru sepertiku dalam mencari alamat. Alamat DOALOS ditemukan dengan mudah sesuai petunjuk Francois.

Dalam perjalanan, bertemu juga dengan Trump Tower, simbol ekonomi dan bisnis. Perjalanan selanjutnya adalah ke gedung Two UN Plaza yang ternyata "just around the corner". Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali mengamati dan mengingat posisi karena gedung tersebut tertutup untuk umum. Suasana menjadi semakin parah karena semua kepala negara seluruh dunia ada di New York untuk Sidang Umum PBB saat ini.

Perjalanan selanjutnya adalah ke Grand Central, stasiun kereta api terbesar di NY. Dari sini perjalanan menuju pulang ke Queens dengan kereta No 7. Akhirnya dengan bermodalkan peta dan tanya di jalan, akhirnya hari pertama terlewati dengan baik.

Saturday, September 22, 2007

Jalan Panjang ke Amerika

Pagi subuh jam 5.30 (21 September 2007) alarm sudah membangunkan. Asti juga terbangung mengingatkan untuk segera mandi. This is a big day. Hari ini akan berangkat ke New York untuk melanjutkan Fellowship di Kantor United Nations. Pesawat dari Jakarta sebenarnya jam 12.45 sore tapi ingin lebih cepat ada di bandara karena sedikit trauma dengan kejadian naas beberapa hari lalu. Just in case ada apa-apa, ada lebih banyak waktu untuk berpikir dan bertindak.

Perjalanan menggunakan taksi Kosti Jaya dengan Pak Sopir yang sangat baik. Beliau orang Padang yang sudah puluhan tahun di Jakarta. Perjalanan menyenangkan, lancar dan tidak semahal menggunakan Blue Bird. Ini kenyataan. Tiba di bandara jauh lebih awal dari seharusnya, ternyata counter Thai Airways baru buka jam 10 pagi. Tidak apa-apa, lebih baik menunggu daripada ditunggu. Sebelum counter dibuka, sempat juga mengurus bebas fiskal dan iseng-iseng mencoba validasi visa. Maklum, kejadian naas beerapa hari lalu membuat sedikit waspada. "Tidak ada masalah", kata bapak di counter penerbangan China yang ditanyai. Semoga saja demikian.

Tepat jam 10 pagi counter dibuka dan singkat cerita semua beres. Perjalanan dilanjutkan ke imigrasi dan semua lancar. Astungkara, tidak ada masalah. Technically aku sudah keluar dari Indonesia dan Amerika di depan mata.

Sambil menunggu boarding sempat juga menelpon Lita lewat Kadek dan Mbak Komang. Seperti biasa, Lita bicara singkat saja menirukan apa yang diminta Kedek. ”Ayah hati-hati ya!” begitu terdengar suara di seberang. Sangat menyentuh. Sebulan bersama Lita merupakan masa-masa yang berkesan. Kesannya tentu saja tidak semua baik. Ada kesal dan ada marah juga. Maklum, Lita sudah besar, sudah bisa membantah dan bandelnya tidak ketulungan. Tapi ini adalah cerita lain. Sebulan bersama setidaknya mengobati rasa bersalah meninggalkan keluarga 5 bulan di Australia. I miss Lita and Asti already.

Di pesawat duduk sendiri, perjalanan ke Bagkok terasa cepat. Yang ditunggu-tunggu adalah snack khas Thailand yang sangat gurih. I love it. Sore tiba di Bangkok dan sempat juga cek email di Bandara Svarnabhumi. 100 Bath (30 ribu) untuk 20 menit, lumayan. Banyak berita dari teman dan kolega lain yang harus ditanggapi. Semua berita menyenangkan. Ada email juga dari Francois untuk janjian ketemu di NYC tanggal 25 September 2007.

Malam hari menghabiskan waktu di Hotel Novotel yang tidak jauh dari bandara. Hotelnya mewah, bintang 4. Makan malam ternyata harus bayar sendiri, tapi tidak begitu mahal. Harga satu porsi makan malam tidak sampai 50 ribu jika dirupiahkan. Menjelang tidur sempat juga melanjutkan cek dan balas email sambil melihat beberapa hal di internet. Ada kejadian menarik, bertemu dengan Hans, orang Austria yang beristrikan orang Australia. Terjadi percakapan yang cukup lama dan dia tertarik dengan penelitian yang sedang aku lakukan.

Ketika malam agak larut, masih sempat memesan jus jambu dan buah segar. Ini yang menarik di Bangkok. Buahnya segar dan enak. Lepas itu, tidur karena besok harus bangun jam 3 pagi. Pesawat akan terbang jam 6.00 dari Bangkok ke Tokyo (Narita).

Deringan wake up call cukup mengejutkan, pertanda saatnya bangun dan bersiap-siap. Mandi, berpakaian dan minum jus sisa semalam dilakukan dengan cepat sebelum chek out. Semua lancar, ada mobil yang mengantar sampai bandara. Selamat tinggal Bangkok, suatu saat pasti kembali lagi.

Perjalanan ke Tokyo menggunakan Northwest, duduk di sebelah Glenn, orang asli Meneapolis yang sedang ada bisnis di Bangkok. Saat seperti ini jadi ingat MacGyver yang besar di Minnesota (State-nya Minneapolis). Perjalanan menyenangkan karena dipenuhi obrolan yang menarik. Satu nasihatnya yang aku ingat ”Do not think that everybody in the US are like our customs”. Memang petugas imigrasi Amerika terkenal sangat ketat dan cenderung galak. Enam jam kemudian tiba di Bandara Narita, Tokyo tapi sayang tidak sempat keluar karena memang hanya untuk transit.

Waktu sangat cepat (hanya satu jam) dan tiba-tiba sudah harus di pesawat lagi. Kali ini perjalanan akan sangat panjang. Sepuluh jam non-stop dari Tokyo ke Minneapolis (Minnesota). Di sebelah kiri adalah Isaac, orang China yang sudah belasan tahun di Amerika dan di sebelah kanan adalah Chisato, orang Jepang yang akan mengikuti konferensi di San Antonio. Dia seorang Geophysicist. Terjadi obrolan menarik dengan keduanya. Isaac yang orang China sangat tidak suka tanah kelahirannya dan sangat American, sementara Chisato sangat bersahaja dengan Bahasa Inggris yang pas-pasan. Menarik juga, dengan Bahasa Inggris selevel itu dia akan presentasi di San Antonio. Begitulah, international conference tidak selalu dipenuhi presenter-presenter ulung.

Sepuluh jam berlalu dengan lancar. Beberapa film terlewatkan dan beberapa hidangan dilahap dengan tidak ragu. Menariknya, berangkat dari jepang menjelang malam dan gelap hanya sebentar kemudian matahari sudah muncul lagi ketika mendekati Amerika. Ketika tiba di Mineapolis, waktu menunjukkan pukul 11.30 pagi hari dan artinya di Indonesia masih tengah malam waktu yang sama. Dua belas jam perbedaannya. Ketika secara biologis tubuh sedang membutuhkan istirahat, hari terang dan kantuk terusir pergi.

Memasuki wilayah Amerika memang terasa berbeda. Setidaknya itu yang terjadi ketika melihat wajah-wajah customs Amerika yang tegang dan dingin. Tubuh mereka yang tinggi besar dan seragam biru tua menambah seram penampilannya. Dalam antrian, diam-diam terbayang film Mr. Bean ketika dia ke Amerika sebagai ahli lukisan. Terbayang bagaimana Mr. Bean mempermainkan customs Amerika. Tapi kali ini, suasananya berbeda. Tidak ada yang lucu sama sekali.

Entah karena aku orang Indonesia, entah karena akan bekerja di United Nations, aku dibawa ke ruangan khusus untuk melengkapi registrasi dan sedikit wawancara. Semuanya formal tetapi tidak begitu tegang. Mungkin karena yang mewawancarai seorang perempuan. Setelah mengisi beberapa formulir, menunjukkan surat dari UN dan menjawab serangkaian pertanyaan, semua beres dan dipersilahkan keluar. Kini saatnya menghadapi pemeriksaan bagasi. Aku, seperti dinasihatkan banyak orang, mendeklarasi semua yang kira-kira mencurigakan seperti minyak Bokashi, buah mangga yang dibawa dari Bangkok dan obah luka yang tidak jadi dikirim ke Sydney. Ternyata prosesnya sangat mudah, petugas tidak memeriksa tas, hanya bertanya satu dua pertanyaan kemudian mempersilahkan keluar. Hm, tidak seseram yang dibayangkan.

Kini harus sabar menunggu di Bandara St. Paul Mineapolis karena keberangkatan ke NYC masih sekitar 6 jam lagi. Pesawat ke NYC (Bandara JFK) akan terbang jam 7 malam dan tiba di sana jam 10.51 malam. Sambil menunggu, mencoba menikmati bandara dan orang-orang yang berlalu lalang. Sempat juga mengambil foto di bandara yang akan menjadi foto pertama kali di United States of America. Sebuah foto bersejarah, betatapun sederhananya.

Sambil menunggu waktu terbang, aku sempatkan menuliskan catatan perjalanan ini lalu tidur sejenak menunggu saat boarding tiba. Tidur dalam keadaan tegang ternyata tidak tenang. Tegang karena akan berangkat lagi sehingga takut tertinggal pesawat sementara di satu sisi, tubuh masih menganggap ini malam hari sehingga menuntut tidur. Sejenak tidur dan bangun lagi, begitu seterusnya sampai kemudian memutuskan untuk cek email saja.

Berbeda dengan Bandara Sydney, di sini tidak ada internet gratis di bandara. Semua bayar dan lumayan mahal, 15 menit seharga $5. Aku yang tidak memiliki uang kecil memasukkan lembaran 20 dolar ke mesin internet sehingga mendapat jatah satu jam. Lumayan untuk mengusir kebosanan. Surprise! Email gadjahmada.edu dan gmail tidak bisa dibuka. Aneh sekali. Terpaksa menulis email dari webmail ugm.ac.id untuk beberapa orang di Indonesia. Yang menarik lainnya adalah ketika mencoba mengunjungi blog pribadi. ”Website ini mengandung isi yang terlarang sehingga tidak bisa dikunjungi” kira-kira begitu error message yang muncul. Aku merasa aneh sekaligus heran. Hebat bener, blogku bisa di-ban oleh Amerika. Berarti aku orang terkenal. Tapi itu awalnya. Setelah mencoba beberapa blog lain di blogspot ternyata satupun tidak ada yang bisa dibuka. Oh jadi ini masalah blogspot, bukan blogku saja. Akhirnya waktu satu jam berlalu tanpa bisa melakukan hal berarti. Meng-update website di UGM pun tidak bisa.

Hampir jam 7 malam, penumpang mulai dipanggil masuk pesawat. Aku sudah tertidur beberapa menit setelah menempati kursi penumpang. Maklum, badan lelah sekali dan ngantuk datang menyerang. Tidak disangka, pesawat ditunda keberangkatannya dan tidak tanggung-tanggung, sampai dua kali. Penumpang nampak kecewa tetapi tidak bisa berbuat banyak karena sudah di pesawat. Aku merasa beruntung diserang rasa kantuk sehingga tidak sempat menikmati keterlambatan pesawat.

Setelah hampir sejam terlambat, pesawatpun akhirnya bertolak dari Mineapolis ke New York. Perjalanan yang cukup singkat dibangdingkan sebelumnya, jam 11 lebih 20 menit sudah mendarat di Bandara JFK. Sambil terkantuk-kantuk, aku berusa mencari 2 koper di baggage claim. Saat masih bingung seperti orang hilang, seorang perempuan mendekati dan menyapa ”Andi ya?”. Ternyata Ibu Endang, pemilik rumah di mana aku akan tinggal, sudah ada di bandara untuk menjemput. Alangkah senangnya, sepertinya semua akan baik-baik saja.

Pembicaraan layaknya dua orang baru kenal pun terjadi. Saking asiknya ngobrol dan saking buru-burunya petugas bandara, dua koperku ternyata sudah diturunkan dari conveyor belt. Maksudnya tentu baik agar memudahkan aku tetapi karena aku tidak tahu, malah jadinya terlambat. Aku masih menunggu conveyor yang mulai kosong sementara dua koperku sudah nangkring di suatu pojok bandara. Agak terkejut, tetapi tidak apa, yang penting kedua tas sudah terselamatkan dengan baik.

Perjalanan pulang mengunakan mobil yang disetir Ibu Mala, sahabatnya Ibu Endang. Menarik juga, dijemput dua orang ibu-ibu memasuki kota New York. Diam-diam aku bergumam, selamat datang diriku. Selamat datang di New York setelah melewati jalan panjang yang tak tergantikan pengalamannya.

Welcome to New York

Selamat datang di New York diriku.
Posting setelah hari ini akan berisi aktivitasku menjelajahi New York dan Amerika selama tiga bulan. Di sini akan ada cerita lucu, cerita sedih, menyingkap sisi gelap Amerika dan semuanya. Singkatnya, berisi catatan perjalanan tentang apa saja selama tiga bulan ini. Semuanya tentang New York dan Amerika.

Selamat menikmati.