Sunday, September 23, 2007

Hari Pertama: SIM Card dan Subway

Tanggal 23 September 2007 merupakan pagi pertama di Amerika. Aku tinggal di Queens, salah satu borough di New York City selain Manhattan, Brooklyn, The Bronx, dan Staten Island. Yang dikenal dengan New York City, atau setidaknya begitu kita mengenalnya dari film Hollywood adalah Manhattan. Aku tinggal di daerah (suburb) Middle Village di Queens, sekitar 1 jam naik subway (kereta bawah tanah) dari Manhattan. Jarak dari Manhattan perlu disebut karena kantor PBB, tempat ngantor sehari-hari ada di Manhattan. Untuk mengetahui posisi tempat tinggal dan kantor, silahkan lihat google maps. Perhatikan balon hijau (Middle Village) dan merah (Manhattan).

Hari ini keluar pertama kali ke pusat perbelanjaan terdekat yaitu Queens Center yang tidak jauh dari rumah. Dari rumah bisa naik bus Q38 yang haltenya di depan rumah, tetapi kali ini jalan kaki saja untuk mengenal situasi sekitar lebih dekat. Hal pertama yang dilakukan adalah membeli SIM Card prabayar. Yang terkenal di NY adalah T-Mobile yang bisa dibeli hanya SIM Card saja seharga USD 50 dengan pulsa setara hampir USD 30. Lumayan untuk sms. HP Indonesia juga bisa digunakan, sepanjang tidak di-locked. Di Daerah Queens, counter T-Mobile ada di Queens Boulevard dekat Queens Center yang hanya beberapa langkah saja dari Stasiun Subway "Woodhaven". Dari stasiun inilah perjalanan harian ke Manhattan dimulai.

Terus terang, aku lupa ngecek berapa harga satu kali sms dari Amerika ke Indonesia. Yang jelas tidak terlalu mahal tapi nampaknya sistem di sini mewajibkan penerima sms ataupun telepon juga kena charge. Jadi yang membayar bukan cuma penelepon atau pengirim sms, penerima juga. Anda lebih mengecek sendiri kebenarannya. Begitulah orang-orang mengatakan.

Hal lain adalah membeli converter colokan listrik. Colokan listrik amerika berbentuk pilih dua (atau tiga) sehingga tidak cocok untuk colokan alat elektronik Indonesia. Converter dibeli di Best Buy, yang tidak jauh dari T-Mobile. Bersama dengan itu juga perlu membeli wireless card agar bisa akses internet dengan bebas. Ibu Endang, tuan rumah, berlangganan internet cable (bersamaan dengan langganan TV) dan menggunakan wifi. Tinggal beli wireless card merk NETGAR seharga hampir USD 70, semua beres dan bisa mulai menjelajah.

Setelah membeli alat listrik, tiba saatnya mencoba subway. Subway di New York terkenal sangat komprehensif karena mencakup hampir seluruh wilayah. Dengan subway Anda bisa menjelajahi NYC dengan mudah sekali. Untuk tiket, ada banyak sekali pilihan. Ada harian, ada sekali naik, ada mingguan dan bulanan, dikenal dengan nama Metrocard. Mengingat aku akan ke kantor setiap hari dan akan keluar juga pas liburan, kuputuskan membeli yang bulanan. Harganya USD 76 dan bisa untuk bus maupun subway kapan saja dan ke mana saja di NY. Hal ini sangatlah murah sesungguhnya.

Hari itu juga mencoba menjelajah bermodalkan peta yang bisa didapatkan gratis di stasiun subway. Menginat belum tahu sama sekali, ada juga adegan tanya-tanya ke petugas kereta (MTA, Metropolitan Transportation Authority) atau penumpang yang kebetulan ditemui. Intinya malu pertanya sesat di jalan. Walaupun banyak bertanya juga kadang malu di jalan :) Subway yang bisa dinaiki adalah G, R, atau V, tergantung arah keberangkatannya. Naluri seorang pembuat peta lumayan membantu. Manhattan berhasil dikunjungi tanpa kesulitan berarti.

Kini saatnya mengecek posisi gedung Two UN Plaza, di mana pertemuan denan Francois Bailet (Fellowship Program Adviser) akan berlangsung tanggal 25. Ternyata tidak sulit dicari karena jalan di Manhattan berbentuk grid. Jalan yang melintas sepanjang pulau (memanjang) dsebut avenue, sedangkan yang memotong arah pulau disebut street. Sangat mudah mencarinya karena penamaannya pun incremental menggunakan angka: 1st Ave, 2nd Ave, 3rd Ave dan seterusnya, begitu pula untu Street: 40 st, 43 st. dan seterusnya. Model penamaan seperti ini sangat menguntungkan pendatang baru sepertiku dalam mencari alamat. Alamat DOALOS ditemukan dengan mudah sesuai petunjuk Francois.

Dalam perjalanan, bertemu juga dengan Trump Tower, simbol ekonomi dan bisnis. Perjalanan selanjutnya adalah ke gedung Two UN Plaza yang ternyata "just around the corner". Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali mengamati dan mengingat posisi karena gedung tersebut tertutup untuk umum. Suasana menjadi semakin parah karena semua kepala negara seluruh dunia ada di New York untuk Sidang Umum PBB saat ini.

Perjalanan selanjutnya adalah ke Grand Central, stasiun kereta api terbesar di NY. Dari sini perjalanan menuju pulang ke Queens dengan kereta No 7. Akhirnya dengan bermodalkan peta dan tanya di jalan, akhirnya hari pertama terlewati dengan baik.

No comments: